Senin, 11 Februari 2013

Motivasi dan Pembentukan Karakter Siswa

           Sebagai seorang guru pada dasarnya kita dituntut untuk selalu memberikan yang terbaik kepada siswa didik kita, hal inilah yang seringkali dijadikan landasan bagi seorang guru dalam rangka memberikan dril soal dan latihan kepada siswanya karena dianggap bahwa yang terbaik bagi serta menentukan masa depan siswa adalah nilai yang tinggi. Akan tetapi pada dasarnya kita lupa bahwa karakter dan sifat serta sikap seoranglah yang akan menentukan masa depannya. Seorang yang dimasa kecilnya tidak terlalu pandai seperti Thomas Alfa Edison menunjukkan bahwa ia juga bisa berhasil karena ketekunannya dalam mendalami dan fokusnya untuk bisa membuat bola lampu walau harus melakukan percobaan ribuan kali dalam menghasilkannya. Atitude atau sikap inilah yang tidak bisa kita temukan dalam nilai-nilai kognitif.
           Sikap sendiri merupakan pengembangan dari karakter seseorang apabila dikaji lebih jauh karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia (Juansyah: 2012).  Sedangkan pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Dekdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan berwatak.
            Mengingat hal tersebut maka sekarang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan  menggalakan pendidikan karakter sebagai hal wajib yang diajarkan di sekolah. Akan tetapi penerapan dari pendidikan karakter tersebut seringkali tidak tepat sasaran terutama karena adanya pembatasan pendidikan karakter terhadap 18 karakter bangsa yang ingin diterapkan. Pada hakikatnya pendidikan karakter bukan hendak mengebiri tanggung jawab dan wewenang guru dalam menjadi pamong bagi peserta didik melainkan adalah memberi kesempatan bagi guru untuk bisa memberi motivasi dan wejangan bagi peserta didik dalam mnghadapi permasalahannya terutama yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu oleh guru tersebut. Pendidikan yang didasari oleh motivasi merupakan sebuah hal  yang baik dalam membangun karakter dan menentukan keberhasilan dari upaya pembangunan karakter tersebut. Maka dari itu marilah sebagai seorang guru berikan motivasi yang lebih kepada siswa dalam rangka menghadapi permasalahannya bukan malah menakut-nakuti siswa dan membuatnya down karena masadepan siswa bukan hanya didasarkan pada nilai yang tetera di laporan hasil belajar melainkan juga pada sikap dan perilaku siswa di dalam dan di luar sekolah. Mulai sekarang berikanlah motivasi yang membangun karakter siswa dengan demikian maka anda akan melihat sejauh mana keberhasilan anda dalam membentuk karakter siswa didik anda. 

" GG"

Pendidikan Karakter Bukan Mendidik Calon Pemimpin

Membangun karakter siswa tidak sama dengan membangun karakter pemimpin walaupun seorang siswa berusaha disiapkan menjadi pemimpin baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Tetapi berbeda dari itu, tidak semua siswa siap untuk dilahirkan dan dilatih menjadi pemimpin. Apalagi pada awalnya, manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian. Secara umum kepribadian manusia ada 4 macam dan ada banyak sekali teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna, tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
  1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
  2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
  3. Phlegmatis :  tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
  4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
          Apalagi Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Nah dari ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan. Jangan sampai pendidikan karakter kemudian menghasilkan siswa yang tidak bisa mengenal potensi dan kepribadiannya. Buat apa menjadikan siswa disiplin, penuh tanggung jawab, rela berkorban dan berbagai karakter bangsa lainnya yang di rangkum kedalam 18 nilai karakter bangsa akan tetapi juga menjadikan siswa yang keras dalam karakternya dan tidak bisa memberikan yang terbaik bagi dirinya sendiri.
          Membangun karakter melalui pandidikan yang ada di sekolah sangatlah baik akan tetapi jangan sampai kelewatan dengan memaksa mereka harus memenuhi kesemua karakter tersebut padahal tidak semua karakter akan cocok terhadap kepribadian masing-masing siswa. Akhir kata mari kita bangun karakter siswa yang bisa sesuai dengan kepribadiannya tanpa harus membuat siswa tersebut kehilangan kepribadiannya karena pemaksaan pendidikan karakter di sekolah. Karakter bangsa bukan ditujukan untuk membentuk seorang pemimpin bangsa melainkan membentuk masyarakat Indonesia yang berkarakter dan tidak meninggalkan kepribadian dirinya dan bangsanya. 

"Dari Berbagai Sumber" TTD GG