Rabu, 25 September 2013

Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah

Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengedepankan pada sikap dan perilaku siswa, pada hakikatnya kurikulum ini menginginkan manusia Indonesia yang berakhalak mulia juga pandai dalam berbuat dan berfikir. Kurikulum 2013 pada hakikatnya harus mampu mengubah cara pandang guru untuk bisa berpikir dengan cara, metode, dan evaluasi sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Perubahan terbesar adalah di jenjang SD, dari pendekatan bidang studi beralih ke pendekatan tematik integratif.  Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Proses pembelajaran di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan karakteristik kompetensi yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan tematik terpadu pada IPA dan IPS. Karakteristik proses pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/

Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih dipertahankan.Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/ataupembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.
a. Sikap

Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.
b. Pengetahuan

Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan,menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta.Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c. Keterampilan

Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquirylearning)dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

Implementasi kurikulum 2013 pada pelajaran Sejarah menjadi sesuatu yang menantang dimana para guru sejarah dituntut untuk bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih apa yang ingin dipelajarai. Tapi pertanyaannya beranikah seorang guru sejarah keluar dari pakem yang selama ini telah dilakukannya? beranikah guru sejarah membiarkan siswa mencari dan kemudian memilih materi yang ingin mereka pelajari? serta berbagai pertanyaan-pertanyaan lain yang hanya bisa dijawab oleh para pengajar sejarah itu sendiri. Kurikulum 2013 menuntut pelajaran sejarah sebagai pelajaran yang mampu memberikan tauladan pada para siswa dengan harapan mengubah sudut pandang siswa dalam melihat dan mengerti akan bangsa dan negaranya. Jika mengutip kalimat yang diucapkan oleh salah seorang mantan presiden Amerika, "Jangan tanyakan apa yang telah negara mu berikan pada mu tapi tanyakan apa yang mampu kamu berikan untuk negara mu". Sejarah dituntut memberikan kebanggaan pada para siswa terhadap bangsa dan negaranya. Disinilah waktunya guru sejarah menjadi katalis dalam menyaring segala pengaruh negatif dari penyimpangan-penyimpangan sejarah. Pendidik dituntut untuk mampu memberikan pengertian pada para peserta didiknya bahwa kebenaran sejarah itu bersifat relatif sesuai dengan sudut pandangnya, tetapi juga menjelaskan bahwa relatifitas itu hanya berlaku apabila terdapat sumber dan bukti sejarah yang termaktup dalam fakta sejarah yang berbeda-beda. Lebih lanjut sebagai guru sejarah saya mengajak pada semua guru sejarah di Indonesia mari mengajar dengan hati dan nurani bukan lagi dibudak oleh kurikulum dan sistem, berani suarakan kebenaran sejarah dan memberikan pengertian pada para siswa untuk menghargai dan bangga akan bangsanya sendiri. Hidup sejarah Indonesia hidup Indonesia (JASMERAH).  Salam satu jiwa