Senin, 11 Februari 2013

Pendidikan Karakter Bukan Mendidik Calon Pemimpin

Membangun karakter siswa tidak sama dengan membangun karakter pemimpin walaupun seorang siswa berusaha disiapkan menjadi pemimpin baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Tetapi berbeda dari itu, tidak semua siswa siap untuk dilahirkan dan dilatih menjadi pemimpin. Apalagi pada awalnya, manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian. Secara umum kepribadian manusia ada 4 macam dan ada banyak sekali teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna, tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
  1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
  2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
  3. Phlegmatis :  tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
  4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
          Apalagi Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Nah dari ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan. Jangan sampai pendidikan karakter kemudian menghasilkan siswa yang tidak bisa mengenal potensi dan kepribadiannya. Buat apa menjadikan siswa disiplin, penuh tanggung jawab, rela berkorban dan berbagai karakter bangsa lainnya yang di rangkum kedalam 18 nilai karakter bangsa akan tetapi juga menjadikan siswa yang keras dalam karakternya dan tidak bisa memberikan yang terbaik bagi dirinya sendiri.
          Membangun karakter melalui pandidikan yang ada di sekolah sangatlah baik akan tetapi jangan sampai kelewatan dengan memaksa mereka harus memenuhi kesemua karakter tersebut padahal tidak semua karakter akan cocok terhadap kepribadian masing-masing siswa. Akhir kata mari kita bangun karakter siswa yang bisa sesuai dengan kepribadiannya tanpa harus membuat siswa tersebut kehilangan kepribadiannya karena pemaksaan pendidikan karakter di sekolah. Karakter bangsa bukan ditujukan untuk membentuk seorang pemimpin bangsa melainkan membentuk masyarakat Indonesia yang berkarakter dan tidak meninggalkan kepribadian dirinya dan bangsanya. 

"Dari Berbagai Sumber" TTD GG


Tidak ada komentar:

Posting Komentar