Kamis, 10 Januari 2013

Tak ADA RSBI No Problemo

             RSBI begitu banyak anak berlomba untuk masuk ke sekolah yang dianggap favorit, karena itulah seringkali terjadi indikasi penyimpangan dalam penerimaan siswa di RSBI walaupun tidak semua RSBI seperti itu tapi cap sebagai sekolah elit dan favorit yang membekas menjadikan paradigma tersendiri bagi siswa dan orangtua siswa. Kebanggaan bagi orangtua yang anaknya terdaftar sebagai siswa RSBI terkadang juga menjadi faktor yang menyebabkan keinginan orang tua agar anaknya bersekolah di sekolah-sekolah RSBI. Akan tetapi hal itu juga bukanlah jaminan bahwa si anak kemudian akan menjadi anak yang pandai dan cerdas. Pengalamana saya saat mendampingi siswa untuk berlomba dalam Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia di Jakarta pada tahun 2010 dan 2012 memang terlihat perbedaan antara siswa RSBI dan non RSBI terutama dalam hal keberanian dan cara mereka berhadapan dengan orang lain. Akan tetapi ternyata yang menjadi juara pertama bukan siswa yang berasal dari RSBI melainkan siswa yang berasal dari luar RSBI seperti sekolah SSN.
             Keberadaan RSBI tidak serta merta menjadikan guru dan siswa yang provesional malah yang ada para guru seakan terpaku pada nilai siswa yang harus diatas 75 atau minimal 75 karena nilai tersebut merupakan salah satu sarat bagi keberlangsungan RSBI. Guru pada sekolah RSBI memang dipaksa untuk mampu menjadi guru yang provesional yang pada akhirnya guru akan mengajar dengan orientasi angka atau nilai. Padahal pada hakikatnya keberhasilan pendidikan bukan hanya didasarkan pada nilai semata melainkan pada akhlak dan atitude atau sikap siswa. Kemampuan berfikir siswa RSBI sama dengan kemampuan pada siswa kelas unggulan yang diterpkan di sekolah SSN yang saya ajar dan memang agak berbanding terbalik dengan kelas biasa pada sekolah SSN. Siswa RSBI dapat menerima pelajaran dengan lebih baik dan guru seakan bebas dalam menjalankan metode-metode pembelajaranya.
              Kebebasan itu ditunjang dengan fasilitas yang memadai yang ada di RSBI sehingga guru mampu mengembangkan potensi pembelajaran yang Aktif Kreatif dan Menyenangkan. Walaupun begitu, tidak semua guru mau dan mampu untuk itu. Ada saja guru RSBI yang tetap menggunakan metode dan cara lama dalam mengajar siswa. Salah satu hal yang menarik di sekolah RSBI adalah penggunaan komputer jinjing atau Laptop sebagai kewajiban bagi seluruh siswa akan tetapi guru masih juga membagikan atau menjual buku lalu buat apa siswa punya laptop?  Memang terdapat kelebihan dan kekurangan dari sistem RSBI tapi nyatanya ada ataupun tidak predika RSBI yang melekat di belakang nama sekolah yang sekarang berstatus RSBI maka sekolah-sekolah itu memang merupakan sekolah-sekolah unggul dibandingkan dengan sekolah lainya. Maka dari itu perlu adanya pemerataan guru dan juga peningkatan kualitas guru serta pemerataan informasi kepada semua sekolah agar didapatkan sekolah-sekolah dengan mutu yang baik dan dalam kualitas pendidikan yang merata. 
                 Jadi ada atau tidak nama RSBI so what? masih tetap sukar menembus dominasi sekolah-sekolah mantan RSBI dikarenakan fasilitas, kulitas guru dan input siswa yang ada di sekolah yang lainnya. RSBI memang bukan merupakan jaminan tapi RSBI terkadang adalah tujuan dari semua sekolah untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikannya. Saat RSBI tak ada maka persaingan itupun semakin hilang muncullah kesenjangan lagi antar sekolah dengan taraf yang sama. Jadi intinya ada atau tidak ada RSBI ya No Problemo hanya saja fasilitas penunjang pembelajaran dan kualitas guru harus ditingkatkan dan disama ratakan antar tiap-tiap sekolah agar persaingan lebih adil.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar